Jumat, 25 Maret 2016

Senyum bunda yang hilang




            “Tok..tok..tok bun.. makan malamnya udah siap turun yuk?” ujarku di depan kamar bunda.Tapi,tak ada sepatah katapun dari dalam kamar bunda,hati ini bertanya-tanya mengapa?mengapa sekarang tak ada warna di rumah ini,tak ada canda tawa,bahkan senyumanpun tak ada.Memang semenjak ayah meninggal,semuanya berubah termasuk senyum bunda,semua cat dan  isi rumah ini pun juga berubah menjadi hitam yang menandakan masih ada duka padahal,ayah sudah meninggal 10 tahun yang lalu. “sudah non.. biar bibik aja nanti yang nganter makanannya,non makan dulu aja,entar malah sakit.” Ujar bibi dari belakangku. “iya bik..”ujarku dengan kecewa.
            “kreeekkk...” terdengar suara pintu terbuka dari kamar bunda.Itulah kegiatan bunda sehari-hari,keluar kamar hanya untuk bekerja dan masuk kamar saat pulang kerja.Tak ada waktu sedikitpun untukku. “Bunda... sarapan dulu yuk?” aku yang selalu mendahului untuk membuka pagi yang muram ini. “kamu duluan aja!” ujar bunda sambil berjalan.Dan lagi-lagi bunda memakai baju yang warnanya sama yaitu hitam.Kenapa semua yang ada di sekitarku hitam?apakah sudah tidak ada lagi warna di hidupku setelah ayah meninggalkan kami.
            Seperti biasa,aku menunggu bunda di ruang tamu.Meskipun sudah berkali-kali aku dilarang oleh bunda,tapi aku tetep saja melakukannya. “Non.. ayo masuk kamar,nanti bunda marah lagi lho?” rayu bibik agar aku mau masuk kamar. “Nggak bik,aku mau nungguin bunda sampai datang!” ngototku sambil tiduran di sofa.Tak lama kemudian bunda datang, “Fasya.. kenapa kamu belum tidur,Jam berapa sekarang!” bentak bunda. “Bunda kenapa sekarang sering marah-marah sih?aku Cuma butuh bunda yang dulu,bunda yang selalu ada untuk Fasya.” Ujarku sambil menangis. “Cukup Fasya,bunda nggak ingin berdebat sama kamu bunda capek pengen istirahat..” Lalu aku beranjak pergi menuju ke kamar dengan menangis. “Semua telah berubah... tak ada lagi kasih sayang,tak ada lagi senyuman,semuanya berubah menjadi duka...” teriakku dari dalam kamar.
***
            Hari ini,aku libur sekolah.Tak ada kegiatan yang bermakna bagiku.semuanya hitam yang membuat hatiku tak ceria seperti anak-anak lain.Aku mulai jenuh di kamarku dan saat aku ingin jalan-jalan ke loteng tiba-tiba aku berhenti di pntu kamar bunda yang lupa di tutup olehnya. “Sudah lama aku nggak masuk ke kamarnya bunda.” Dan aku pun masuk ke kamar bunda dan duduk di kasur yang tertutup oleh selimut hitam.”apa itu..?” ujarku dengan kaget.Ternyata sebuah buku diary,penasaran itu semakin memuncak dan perlahan aku membuka dan membacanya. “hiks..hiks..hiks.. apakah sebenci itu bunda ke aku,apakah memang aku penyebab ayah meninggal..” aku pergi dan berlari dari kamar bunda sambil menangis.
            “ting.. tong.. bibik tolong bukak pintu” ujar bunda dari luar,sementara aku sudah menunggu di tempat biasa. “bunda tunggu!” cegah ku saat bunda akan ke kamar. “apalagi sih Fasya?”jawab bunda. “apa benar aku penyebab bunda seperti ini sama aku?apa benar aku penyebab ayah meninggal bun? Dan apa benar bunda membenciku? Jawab jujur bun..” tanya sambil menahan tangis. “apa-apaan sih kamu Fasya,dengar ya.. bunda capek,bunda pengen istirahat”jawab bunda sambil menaiki tangga. “Bunda... jelasin sama aku dulu!” tegasku yang tak mampu menahan air mata. “Non.. nggak mungkin kalau seorang ibu membenci anaknya sendiri,jadi non nggak usah nangis ya..” ujar bibik sambil mengusap air mataku.kenapa malah bibik yang bukan ibu kandungku yang slalu ada untukku. “Tapi bik.. bunda sudah nggak peduli lagi sama aku.”jelasku .Kemudian aku masuk kamar ditemani oleh bibik sampai aku tertidur.Saat aku sedang tertidur,aku merasa bunda menghampiriku dan menangis di sampingku,apakah itu kenyataan atau hanyalah mimpi semata.
***
“nyonya.. badan non Fasya sangat panas,apa perlu dibawa ke rumah sakit?”tanya bibik. “iya bik.. bawa ke rumah sakit aja,tapi saya nggak bisa nganter.”jawab bunda sambil menghabiskan sarapannya. “baik nyoya..” Saat aku terbangun “bik.. bunda kemana?” tanyaku dengan nada rendah. “nyoya.. masih di kantor non..”ujar bibik. “bunda benar-benar sudah nggak peduli lagi sama aku!”ucapku dalam hati.”non..non kenapa melamun?”tanya bibik sambil melambaikan tangan ke hadapanku. “nggak.. kok bik”jawabku sambil tidur kembali. “ya udah non.. tidur istirahat dulu ya”saran bibik. Sebenarnya aku tidak bisa tidur memikirkan diary bunda saat itu,seharusnya aku tidak lancang seperti ini.tapi,itu jawaban dari semuanya setelah kepergian ayah.Tiba-tiba “kreeeekk.. Fasya hiks hiks..”suara bunda mendekatiku,sebenarnya aku hanya pura-pura tidur.bunda duduk di sebelahku tak mengelus rambutku yang sudah lama hilang tak pernah ku rasakan kini kembali lagi. “maafkan bunda Fasya,bunda sayang sama kamu,tapi kamu sudah membuat ayahmu meninggal.bunda tidak bisa menghilangkan rasa luka ini sayang.. setiap bunda melihat matamu,terasa ayahmu masih ada disini.bunda tak sanggup dengan hal itu Fasya.”ujar bunda sambil meneteskan air mata.saat bunda akan beranjak keluar, “bunda..”ujarku. “kenapa aku menjadi penyebab ayah meninggal bun?”tanyaku sambil menyegah bunda. “nggak.. lepasin bunda Fasya!” elak bunda “aku sudah tahu semua bun,sudah cukup nggak usah di tutupin lagi dari Fasya,Fasya sudah dewasa bun,sudah saatnya Fasya tahu yang sebenarnya.”desakku pada bunda “10 tahun lalu,ayahmu mengalami kecelakaan tepat pukul 12 malam tanggal 7 januari,” “itukan.. hari ulangtahunku bun”potongku “iya.. saat itu ayahmu ngotot untuk pulang dari luar kota karena ingin merayakan ulangtahunmu.tapi,semua hilang dengan sekejap.laki-laki yang membuat bunda bangkit kini telah hilang..”setelah itu bunda lari menuju ke kamarnya,dan aku pun berusaha mengejar bunda.Dan menyusul bunda ke kamar.”bunda.. maafin Fasya bun,jika slama ini fasya slalu membuat bunda sedih.. tapi,bunda harus tahu disini Fasya tetap sayang sama bunda.”ucapku sambil meninggalkan kamar bunda. “Fasya.. tunggu nak,maafin bunda ya nak..”dengan memelukku yang sudah lama hilang. “bunda sadar kalau semua ini bukan kamu penyebabnya tapi,takdir yang memisahkan bunda dengan ayahmu.dan bunda janji akan slalu ada untukmu karena kamu adalah satu-satunya kesayangan bunda,dan dimatamu terdapat cinta ayah untuk kita”ujar bunda yang membuatku tak sadar meneteskan air mata.
Dan mulai saat itu bunda merenovasi rumah dengan cat warna yang cerah,mengubah semuanya dengan warna cerah dan tak ada lagi kemuraman di hati kita.Kini aku telah memiliki senyuman yang sangat sempurna dan sangat istimewa yaitu senyuman bunda yang telah hilang dan kini ku raih kembali dan kasih sayang yang dulu hilang kini ku raih kembali.
***END***